Sempat diwarnai ketiduran, aku menonton pertandingan Manchester United melawan Olympique Lyon sampai akhir. Sebuah pertandingan yang sangat mendebarkan dan membawa siapa pun yang menonton seperti sedang naik rollercoaster.
Sebelumnya, Manchester United berhasil menahan imbang di stadion Parc Olympique Lyonnais dengan skor 2-2. Pertandingan yang cukup seru karena penuh drama karena Lyon mampu menyamakan kedudukan pada menit ke 90+5.
Aku sengaja tidur lebih awal dan bangun pukul 02.00 dini hari untuk menyaksikan pertandingan leg ke-2 ini. Pada leg pertama, aku memang tidak menonton. Intinya manut dalane Gusti.
Optimis Menang di Kandang
Meskipun Manchester United sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, namun aku optimis MU bisa membalikkan keadaan. Apalagi dalam ajang Liga Europa ini menjadi kompetisi satu-satunya yang tersisa dan masih punya punya peluang untuk memenangkannya. Aku rasa, Ruben Amorim akan habis-habisan untuk memenangkan pertandingan. Apalagi bermain dengan dukungan penuh dari pendukung MU yang memenuhi Old Trafford.
Cetak Gol Awal, Pertanda Baik
Manchester United langsung tancap gas sejak menit pertama. Hasilnya, Manuel Ugarte berhasil membuka keunggulan pertama untuk MU setelah menerima umpan dari Garnacho dari sisi kanan. Gol pertama tercipta, peluang lolos makin terbuka.
Unggul satu gol, Manchester United mampu mengurung dan memaksa Lyon lebih banyak bertahan. Namun, Lyon juga mampu bisa memberikan serangan. Untungnya, Andre Onana bermain bagus dan melakukan penyelamatan. Jujur saja, seringnya kiper ini melakukan blunder membuat jantung deg-degan ketika MU di serang. Ga bohong ini!
Unggul 2 - 0, Aman nih Aman!
Babak pertama, Manchester United lebih bermain menyerang. Beberapa peluang nyaris membuat MU pesta gol. Tidak lama setelah gol pertama, Casemiro dapat peluang setelah berhasil merebut bola dari pemain Lyon. Pemain Brazil ini kemudian melakukan tembakan yang mampu ditepis oleh Perri.
Begitupula peluang dari Bruno Fernandes pada menit ke-36 yang menerima umpan panjang dan langsung melakukan tendangan volley. Sayang banget, tendangannya masih membentur mistar gawang. Andai saja bola itu jadi gol, bakal jadi gol cantik banget.
Bermain mendominasi, aku cukup tenang menonton permainan MU. Karena aku percaya kalau kita mendominasi pertandingan, musuh juga akan lebih susah untuk membalas gol. Di ujung babak pertama, rasa aman itu datang ketika Diogo Dalot berhasil membawa Manchester United unggul 2-0.
Gol itu tercipta dari umpan yang dilakukan oleh Harry Maguire. Bola dikontrol oleh Dalot setelah menang duel dengan bek Lyon **lupa deh, gatau siapa beknya**, kemudian langsung ditembakan ke arah kiri gawang. Gol! MU unggul 2-0.
Unggul 2-0 di babak pertama, membuatku merasa aman. Setidaknya di babak ke-dua nanti, MU bisa menambah jumlah gol dan terus bermain mendominasi. Begitu ekspektasiku.
Eh, Malah Kendorkan Serangan
Seperti ekspektasiku di awal, unggul 2-0 setidaknya tambah gol lagi dan terus menyerang. Namun di awal babak kedua Manchester United terlihat lebih mengendurkan serangan dan cenderung bertahan.
Gawat nih gawat, di saat Lyon butuh gol untuk bisa minimal menyamakan kedudukan atau bahkan comeback malah MU bermain bertahan. Ini kan sama saja meladeni serangan mereka dan memberikan mereka kesempatan menyerang.
Tapi aku masih optimis bisa tetap menjaga keunggulan dan lolos ke semifinal. Sambil menikmati permainan kedua tim ini, mataku mulai mengantuk sampai akhirnya aku terlelap.
Ketiduran, Bangun-bangun Sudah 2-1
Terbangun karena mendengar suporter bergemuruh karena gol yang dicetak oleh Tolisso pada menit ke-71. Sambil mengantuk aku cuma mbatin “Nahkan! Apa aku bilang?”. Dibilang bermain bertahan itu risiko karena sama saja memberikan kesempatan musuh mencetak gol.
Apalagi ketika melawan tim yang sedang terancam kalah, pasti mereka akan habis-habisan. Selepas gol dari Lyon, aku lanjut kembali tertidur masih dengan perasaan yakin kalau MU tidak akan kalah. Iyalah, setidaknya Ruben Amorim menginstruksikan pemainnya lebih fokus untuk menjaga gawang supaya tidak kebobolan lagi.
Bangun Lagi, Skor Sudah 3-2
Entah karena sudah saking capeknya badan, suara gemuruh suporter di layar kaca tidak lagi membangunkanku dari tidur. Aku melewatkan gol penyama kedudukan yang dicetak oleh Tagliafico pada menit ke-77. AKu juga tidak tau kalau Tolisso mendapat kartu merah pada menit ke-89 setelah menerima kartu kuning keduanya.
Aku bangun ketika peluit babak ekstra yang pertama usai. Aku melihat pojok kiri layar skor sudah 2-3. Nyawaku yang masih belum terkumpul sepenuhnya masih mencoba memahami apa yang terjadi.
“Ini skor 2-3, kok masuk babak tambahan? Kapan Lyon cetak golnya? Melihat Amorim jongkok dengan papan strateginya dan dikelilingi banyak pemain MU pun aku masih nge-lag. “Ini mereka ngapain? Emang bola ada timeout-nya?”
Baru ngeh, ternyata ini sedang jeda babak extra time yang pertama. Setelah full kesadaran sudah kembali barulah rasa ingin menghujat datang. “Anjir lah, bisa-bisanya kena comeback! Dari 2-0 jadi 2-3 di kandang sendiri. Malu-maluin banget anjir.”
Gol ketiga Lyon dicetak oleh Cherki memanfaatkan bola liar setelah Fofana melakukan akselerasi di depan kotak penalti yang kemudian dijatuhkan lawan. Bole yang jatuh ke kaki Cherki langsung ditembakkan ke sudut gawang Onana.
Meskipun begitu, masih terbesit harapan, bisa kok bisa. Masih ada 15 menit babak extra time kedua. Ayolah! Ini gelar satu-satunya yang bisa didapat loh masa nggak ada greget-gregetnya?
Kebobolan Lagi, Pupus Sudah!
Anjeeeng! Tim apa ini? Di saat tim sedang tertinggal di sisa waktu yang tidak lama lagi, Leny Yoro malah melanggar Lacazette di kotak terlarang pada menit 108. Wasit pun meniup peluit tanda pelanggaran. Lacazette yang maju sebagai algojo penalti tidak membuang peluang. Gol kembali dipungut oleh Andre Onana dan Manchester United kini tertinggal 2 gol.
Sisa 12 menit rasanya begitu mustahil bisa mencetak minimal dua gol untuk memaksa ke babak adu penalti. Ini benar-benar sulit. Ruben Amorim harus marah lagi sih ini. Setelah beberapa waktu sebelumnya Amorim tiba-tiba menggelar rapat darurat pasca kalah telak saat melawan Newcastle United. Dari berbagai sumber terpercaya, Ruben Amorim mengamuk dan marah besar pada pemain.
Kok bisa sudah diamuk Amorim masih saja begini? Bisa-bisanya? Ini Amorim harus marah lebih besar lagi. Gila gila! Sesekali tayangan kamera menyorot wajah Amorim yang tampak begitu kecewa namun juga seperti terlihat mencoba tegar. Aku kasian melihatnya.
Di sisi lain aku yang menyaksikan comeback fantastis dari Lyon dalam hati hanya bisa, “It’s ok. Gapapa, udah biasa nonton MU begini”. Itu sebabnya aku tidak mematikan televisi dan tetap bisa menyaksikan pertandingan itu meskipun kalah.
Asa itu Akhirnya Muncul
Duh, sayang banget padahal UEL adalah satu-satunya kompetisi yang tersisa setelah meraih gelar Liga Inggris sudaah mustahil, dan sudah gugur di piala-piala lainnya. Ini satu-satunya jalan juga untuk setidaknya bisa mentas di Liga Champions musim depan dengan menjadi juara Liga Eropa. Eh, ternyata harus gugur juga. Yang tabah saja Ruben Amorim.
Kembali ke pertandingan, empat menit berselang giliran Casemiro yang dijatuhkan di dalam kotak penalti. Dibantu dengan pengamatan VAR, akhirnya Manchester United dapat hadiah penalti. Peluang ini dimanfaatkan dengan baik oleh Bruno Fernandes yang sukses mengeksekusi tendangan penalti. Meski arah bolanya mampu dibaca oleh Perri, beruntung laju bola masih lebih cepat dari tangkapan Perri. MU masih punya defisit 1 gol.
Gol ini sekaligus memberikan harapan bisa minimal menyamakan kedudukan. Gol ini juga membuat pemain Manchester United lebih percaya diri di sisa waktu yang ada.
Kobbie Maino, Bocah Ajaib!
Menit 120 menjadi titik balik Manchester United sekaligus mimpi buruk bagi Lyon. Lyon yang hanya tinggal menunggu wasit meniup peluit berakhirnya laga dan memastikan lolos ke semifinal harus menahan dirinya sekali lagi.
Bocah Inggris kelahiran 2005 ini berhasil menyamakan kedudukan menjadi 4-4 setelah menerima umpan dari Casemiro. Dengan sedikit mengecoh bek lawan, kemudian langsung meneruskan dengan tembakan terarah di pojok kiri gawang. Ini pertandingan yang cukup gila dari Manchester United.
Aku yang awalnya sudah pasrah dan mengikhlaskan Liga Eropa cuma bisa tercengang. Bola itu bulat, semua bisa terjadi. Siapa yang menyangka Manchester United yang dalam masa terpuruknya bisa melakukan ini.
I Believe in Miracle, Absolutely!
Adalah kalimat yang dikatakan oleh komentator yang aku tidak tau siapa komentatornya, tapi beberapa detik setelah kalimat itu, gol tercipta. Ih! Ini momen paling epik menurutku. Sumpah!
Bermula ketika pemain Lyon kehilangan bola, lalu MU mencoba melakukan serangan dari sisi kiri. Casemiro yang waktu itu menggiring bola melihat Harry Maguire melakukan overlap dan siap menerima bola.
Casemiro melakukan crossing yang gagal diantisipasi oleh bek Lyon. Bola bagus itu kemudian disundul mengarah ke tiang jauh dan masuk! Perri mati langkah tidak bisa melakukan apa-apa selain memandang bola masuk ke gawangnya.
Ini adalah comeback terbaik yang pernah dilakukan Manchester United. Atmosfernya begitu kerasa. Pertandingan yang penuh dengan drama dan membuat siapapun yang menyaksikannya seperti sedang naik rollercoaster. Babak pertama, MU unggul 2-0, babak kedua Lyon menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Lanjut extra time, Lyon sempat unggul 2-4. Sisa 12 menit, Manchester United mampu cetak 3 gol dan keluar sebagai pemenang.
Menjadi Sejarah
Pertandingan ini menjadi sejarah bagi kedua tim. Bagi Manchester United yang menjadi pemenang tentu ini adalah pertandingan yang sangat menakjubkan. Tiga gol di 12 menit sisa laga menjadi hal terbaik dalam sejarah klub mereka.
Sebaliknya, ini adalah hal paling memalukan bagi Lyon setelah hampir dipastikan lolos. Tapi ingat, 'almost is never enough'. Sempat tertinggal dua gol kemudian berbalik unggul 2 gol, lalu akhirnya keadaan berbalik. Tiga gol di 12 menit menjadi malapetaka yang menghentikan langkah mereka.
Sungguh ini pertandingan yang sangat gila yang pernah aku tonton meskipun aku sempat ketiduran di babak kedua. Bahkan, meskipun hanya untuk piala Liga Malam Jumat.
Meskipun pertandingan ini sangat mengesankan, tapi aku ingin tim ini cepat berbenah untuk menghadapi Athetic Bilbao di semifinal. Selain itu, tentu saja untuk mengarungi sisa laga dan musim depan harus lebih baik.